CH: Beginikah Opini Umum Masyarakat? (ketika Ahok, Dimas Kanjeng, dan Jessica menjadi Trending Topic)

Selalu bertanya dalam hati, kenapa masih ada orang yang fanatik dengan sekulerisme, demokrasi, dan semacamnya? Mereka terkesan merasa ogah dengan sebagian hukum Islam, hingga bermaksud menjauh dengan orang-orang Islam fanatik. #Tanyakenapa.
Manusia memang tidak sempurna. Karena ketika manusia-manusia fanatik selalu dicari kekurangannya, pasti ketemu! Hingga itu semua seakan menjadi penutup kebenaran diin yang ia (manusia fanatik) pegang teguh. #Tanyakenapa
Tapi, fanatik itu apa tho sebenarnya? Apa nggak boleh ya berpegang teguh dengan Islam? Toh, dalam Islam juga sudah jelas, mana yang wajib, sunnah, bahkan haram ketika penunjukan dalilnya juga sudah pasti, tidak bermakna banyak.

Siapa yang menciptakan istilah fanatik?
Siapa yang kemudian pertama kali menghembuskan istilah fanatik bagi kaum muslim?
Apakah istilah itu terkesan negatif sekalipun ditempelkan pada sosok seorang kyai, ulama, intelektual yang hanif dan teguh agamanya?
***Selingan
Lagi-lagi, sebenarnya menurut saya Islam kurang pas disebut sebagai agama. Agama itu apa sih? (sekali lagi #tanyaApa)
Tapi, bagi saya, Islam itu view of Life. Pandangan hidup, petunjuk hidup. Bukan sekedar pandangan ibadah dan petunjuk ibadah. Menerapakan semuanya adalah sebuah keniscayaan iman.
****
Lantas,
Apakah disebut sebagai fanatik, seseorang yang teguh berhijab?
Apakah fanatik bagi seseorang yang dzikir dan ibadahnya luar biasa?
Apakah fanatik, bila seorang laki-laki atau perempuan berada dalam fitrohnya masing-masing?
Apakah fanatik, ketika Islam dipakai untuk mengatur ekonomi, pendidikan, bahkan politik?
Apakah fanatik bagi seseorang yang mengusung dan membawa ide syariah dan khilafah yang itu adalah warisan nabi dan ulama-ulama terdahulu?
Dan apakah tetap fanatik, bila pertanyaan dari teguh berhijab hingga syariah khilafah itu dipegang, diterapkan, dan disampaikan ke tengah-tengah ummat, ketika semua itu sudah ada dalil penunjukannya di dalam Al-qur’an, Hadist, Ijma, dan Qiyas?
Bila memang masih disebut fanatik, apakah berarti Rasulullah dan para sahabat dahulu juga fanatik? Ulama-ulama hanif yang membela ummat dan Islam juga fanatik? Sekaliber kyai-kyai dan ulama yang akhlaqnya santun sekaligus menyeru syariah dan khilafah adalah orang-orang fanatik?
Lantas, sebutan apakah yang cocok bagi mereka yang mengatakan Rasul, sahabat, ulama, kyai-kyai adalah orang fanatik? #bingung #heran
Sekali lagi, manusia tak ada yang sempurna. Maka kenapa seruan-seruan kebenaran itu kemudian menjadi sesuatu yang terkesan menjijikkan dan tidak bisa diterima hati dan akal ketika orang-orang yang menyerunya adalah mantan preman dan mantan ahli maksiat?
Ataukah hanya gara-gara tendensius dan rasa suka dan tidak suka menjadi tameng untuk menerima kebenaran itu?
Ataukah memang doktrin liberal dan sekuler yang sudah dipilih karena lebih enak?
Ataukah sakit hati karena merasa ditegur sebab telah melakukan maksiat? Padahal teguran Allah dan Rasul yang telah disampaikan kepada mereka sudah jelas dan tegas dan disampaikan dengan ahsan wa hikmah. #Tanyakenapa
Ataukah ada sebuah keragu-raguan bahwa janji Allah itu tidak pasti?
Apakah masih ada rasa tidak percaya dan putus asa dengan kondisi sistem yang ada sekarang? Padahal telah jelas petunjuk dan teladan dari Rasulullah.
Ataukah sudah punya anggapan bahwa ilmu-ilmu dari ulama-ulama, kyai-kyai, dan guru kami adalah ilmu yang belum pasti kebenarannya ketika di saat yang sama mereka (penyebut orang islam kaffah adalah fanatik) belum mau dan mampu mengecek sendiri kebenarannya?
Jadi, sampai sekarang pun, saya sendirimasih bertanya-bertanya, kenapa bisa saudara-saudaraku begitu? #kenapa #adaapa
wallahua’lam bishshowab
dims| 8.10.16
~menerima kritik dan saran dengan terbuka~

Tinggalkan komentar